·
Mandi antara Maghrib
dan Isya'.
Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha :
"Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan
bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan
kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta mandi
antara Maghrib dan Isya."
Ibnu
Jarir rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi pada setiap malam dari
malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi dan
menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun Lailatul
Qadar.
Karena
itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan di dalamnya turun Lailatul
Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian dan berhias dengan mandi
(sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti dianjurkannya hal tersebut pada
waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.
Dan
tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi dengan berhias secara
batin. Yakni dengan kembali (kepada Allah), taubat dan mensucikan diri dari
dosa-dosa. Sungguh, berhias secara lahir sama sekali tidak berguna, jika
ternyata batinnya rusak.
Allah
tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia melihat kepada hati dan
amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada Allah, hendaknya ia berhias
secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan taqwa. Allah Ta'ala
berfirman :
"Hai
anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. " (Al-A'raaf: 26).
·
I'tikaf. Dalam
Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha :
Bahwasanya
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari
terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau. "
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir yang
di dalamnya dicari Lailatul Qadar untuk menghentikan berbagai kesibukannya,
mengosongkan pikirannya dan untuk mengasingkan diri demi bermunajat kepada
Tuhannya, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya.
Adapun
makna dan hakikat i'tikaf adalah:
Memutuskan
hubungan dengan segenap makhluk untuk menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq.
Mengasingkan diri yang disyari'atkan kepada umat ini yaitu dengan i'tikaf di
dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah dilakukan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam.
Orang
yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk taat kepada Allah, berdzikir dan
berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya dari segala hal yang menyibukkan
diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan hatinya kepada Tuhannya, dan dengan
sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. Ia tidak memiliki keinginanlain
kecuali Allah dan ridha-Nya. Sembga Alllah memberikan taufik dan inayah-Nya
kepada kita. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'aarif, oleh Ibnu Rajab, him. 196-203)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Kitab dan Sunnah
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Untuk Masukan dan perbaikan buat kami, dan mohon tidak meninggalkan Spam, Tanks.!